Photobucket

Subhanallah...! Mayoritas Rakyat Indonesia Setuju Syariat Islam. versi Lembaga Survey Indonesia

Mayoritas pemuda muslim menyetujui penerapan hukum Islam. Lewat hasil survei, mayoritas pemuda muslim setuju hukuman Qishosh diterapkan untuk pembunuh.

"10,8 persen sangat mendukung. Sementara 56,1 persen setuju hukuman mati (Qishosh_red) untuk pembunuh. 30,4 persen menolak dan hanya 1,9 persen yang tidak berpendapat," ujar peneliti dan direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi di Goethe Institut, Jl Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (14/6/2011).

Survei ini merupakan kerjasama LSI, Goethe Institut, Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit. Burhanudin mengatakan mereka pun setuju jika hukuman cambuk diterapkan untuk pemabuk. Sekitar 68,5 persen setuju hukuman ini diterapkan.

Sementara untuk penerapan hukuman potong tangan bagi pencuri, pendapat kaum muda muslim terpecah. "49 Persen setuju, sementara 50,2 pesen menolak," jelas Burhanudin.

Uniknya, pemuda di perkotaan dengan tingkat ekonomi mapan dan pendidikan tinggi justru lebih menginginkan hal ini diterapkan.Dibanding pemuda di pedesaan.

Survei dilakukan pada 1496 responden di seluruh Indonesia yang berumur 15 hingga 25 tahun. Pendidikan responden bervariasi dari SD hingga perguruan tinggi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dari tanggal 18-26 November 2010. Margin of error sekitar 2,6 persen.

Berdasarkan survey ini, nampak bahwa penegakan Syariat Islam khususnya hudud sangat diterima oleh masyarakat perkotaan dan berpendidikan. Survey ini juga mematahkan argumentasi orang-orang liberal dan pluralis serta nasionalis yang menyebut bahwa pendukung syariat hanya dari kalangan pinggiran dan pedesaan. (muslimdaily)


Bahaya Merokok : Lima Kali Merokok, Setara Mengisap Ganja

Para ahli kesehatan di Medical Research Institute (MRI) New Zealand melaporkan mengisap ganja atau mariyuana terbukti meningkatkan dampak kerusakan paru-paru yang setara dengan lima kali mengisap rokok biasa. Hasil penelitian MRI itu dipublikasikan di jurnal kesehatan Inggris, Thorax, Senin (30/7) lalu.

Dalam penelitiannya, MRI merekrut 339 relawan yang dibagi empat kategori. Yaitu pengisap ganja, perokok biasa, pengisap ganja dan rokok, serta yang tidak mengonsumsi keduanya. Yang dimasukkan dalam kategori pertama adalah pengisap ganja setiap hari selama lima tahun.

Sementara kategori kedua merupakan pengisap satu bungkus rokok per hari selama setahun.

Para relawan diperiksa dengan pemindai tomografis komputer (CT scan) guna mengetahui bentuk paru-paru dan melihat aliran udara di dalamnya. Studi, dengan menggunakan tes fungsi paru-paru, resolusi tinggi sinar X dan beberapa pertanyaan ini mengungkapkan, pengisap ganja diketahui mengalami kerusakan di paru-parunya, terutama di saluran udara yang lembut untuk menyalurkan oksigen dan menyaring gas buang. Akibatnya, paru-paru pengisap ganja harus bekerja lebih keras.

“Masyarakat perlu memperhatikan bahaya merokok atau mengisap ganja. Apalagi ganja merupakan narkoba yang paling banyak digunakan di seluruh dunia,” kata Richard Beasley, pemimpin penelitian itu.

Badan Pengawas Obat dan Kejahatan PBB melaporkan, selama tahun 2006, sekitar 160 juta orang memakai ganja atau mariyuana, dan Beasley menjelaskan, penyebab tingginya kerusakan paru-paru lantaran pemakainya sering mengisapnya dalam-dalam sehingga asapnya terasa panas ketika memasuki saluran pernafasan.

Studi lebih awal sudah menunjukkan, merokok mengakibatkan karbon monoksida dan tar terhirup dibanding menghisap satu rokok dalam ukuran yang sama. Riset juga menunjukkan bahwa ” produk pembakaran” di dalam ganja serupa dengan tembakau, ujar Beasley.

Tar, sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam yang terdapat dalam rokok. Ia terdiri dari ratusan bahan kimia yang menyebabkan kanker pada hewan. Sedang karbon monoksida, sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun. Jika zat ini terbawa dalam hemoglobin, akan mengganggu kondisi oksigen dalam darah. Sedang nikotin, cairan berminyak yang dapat menghalangi kontraksi rasa lapar. Biasanya, seseorang bisa tidak merasakan lapar karena merokok.

Sementara itu, umah sakit spesialis di New Zealand juga melihat adanya peningkatan jumlah orang-orang berpenyakit paru-paru yang berhubungan dengan ganja dan merokok. [afp/www.hidayatullah.com]

Sumber: Hidayatullah